Sabtu, 15 Agustus 2015

Keutamaan Luar Biasa Menjalin Tali Silaturrahmi


Oleh: KH Husin Naparin
ORANG-orang yang diwajibkan bersilaturrahim:
Pertama karena hubungan nasab, yaitu kedua orangtua (termasuk mertua), termasuk paman dan bibi dan yang sejajar dengannya; kakek nenek dan seterusnya ke atas; anak cucu dan seterusnya ke bawah; dan saudara sekandung atau seayah atau seibu, saudara-saudara sepupu dan seterusnya ke samping.
Kedua karena tetangga, ada tetangga yang mempunyai tiga hak yaitu hak tetangga, hak seagama, dan hak nasab; ada tetangga yang mempunyai dua hak yaitu hak tetangga dan hak seagama; dan ada tetangga yang mempunyai satu hak yaitu hak tetangga jika ia nonmuslim dan tidak senasab.
Ketiga saudara sedaerah, sesuku sebangsa setanah air, seagama dan bahkan persaudaraan dalam ruang lingkup ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusian)
Silaturrahim mempunyai keistimewaan yang luar biasa, antara lain:
1. Silaturrahmi menandakan kesempurnaan iman kepada Allah swt dan hari akhirat. Nabi saw bersabda yang artinya, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia menghubungkan tali silaturrahim.” (Muttafaq alaih)


2. Silaturrahim sarana memperluas rezeki dan memperpanjang usia. Nabi saw bersabda yang artinya, “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menghubungkan silaturrahim.” (Muttafaq alaih)
3. Silaturrahim sebagai penyambung hubungan dengan Allah swt. Nabi saw bersabda yang artinya, “Ar-Rahim (kasih sayang) tergantung di atas ‘arsy, ia berkata : siapa yang menghubungkan aku (kasih sayang) niscaya Allah menyambungnya, dan barang siapa yang memutuskan aku (kasih sayang) maka niscaya Allah memutuskannya.” (Muttafaq alaih)
4. Silaturrahim pencegah diri dari siksa neraka. Nabi saw bersabda yang artinya, “Tidaklah masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim.” (HR. Muslim)
Nabi saw selalu mempersaudarakan setiap pendatang baru dari Makkah (Muhajirin) dengan seorang penduduk Madinah (Anshar). Sa’ad bin Rabi’ dipersaudarakan dengan Abdurrahman bin Auf, yang hanya membawa tangan kosong dari Makkah.
Sa’ad berkata: Wahai saudaraku aku termasuk penduduk Madinah yang memiliki banyak harta. Lihat olehmu dan ambil mana yang kau sukai, aku mempunyai dua orang istri, pilih olehmu mana yang engkau ingini, aku ceraikan dan nanti setelah genap iddahnya kau boleh kawin dengannya.
Abdurrahman bin Auf menjawab: Barakallahu fi maalika wa ahlika, semoga Allah memberkahi harta dan keluargamu, tunjukkan kepadaku di mana pasar.
Demikian pribadi seorang mukmin terhadap mukmin lainnya, sampai-sampai istri mau dibagi dua, tetapi si mukmin lainnya tidak mau menjadi beban saudaranya. Ia ingin bekerja sendiri dan tidak mau memakan keringat saudaranya selama masih bisa bekerja.

Abdurrahman bin Auf pun berusaha lewat bisnis yang ditunjukkan oleh saudaranya seagama, sehingga akhirnya ia menjadi seorang yang kaya raya. Dewasa ini silaturrahim gampang sekali menjadi renggang bahkan putus akibat materi keduniaan, terjadi akibat perebutan harta warisan, persaingan antarpartai, antarkandidat, antartokoh, antardaerah, antarormas dan kelompok. Wallahu 'alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar